MAGETAN JATIM MITRA TNI – POLRI.COM
Sosok hingga profil Mbok Yem jadi sorotan usai ia meninggal dunia hari ini, Rabu (23/4/2025).
Mbok Yem dikenal sebagai pemilik warung legendaris di Puncak Gunung Lawu.
Hampir semua pendaki mengenal warga asli Kabupaten Magetan, Jawa Timur tersebut.
Dari informasi yang dihimpun, Mbok Yem meninggal di kediamannya di Dusun Dagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Magetan.
Kepergian sosok inspiratif yang bernama asli Wakiyem ini pun menimbulkan rasa kehilangan mendalam bagi pendaki Gunung Lawu yang pernah singgah ke warung makannya.
Sebelum meninggal dunia, Mbok Yem sempat dirawat di RSU Siti Aisyiyah, Ponorogo, karena mengalami pneumonia akut atau radang paru-paru
Nama Mbok Yem mungkin tidak asing bagi para pendaki Gunung Lawu.
Namun, tidak banyak yang tahu bahwa perempuan tangguh ini bernama asli Wakiyem, seorang warga Dusun Dagung, Desa Gonggang, Magetan, Jawa Timur.
Selama lebih dari 40 tahun, Mbok Yem menjadi “penjaga surga kecil” di ketinggian sekitar 3.150 mdpl, hanya selangkah dari puncak Gunung Lawu.
Warung sederhana yang ia dirikan bukan hanya tempat mengisi perut, tetapi menjadi oase terakhir sebelum menaklukkan puncak.
Ia melayani pendaki dengan nasi pecel hangat, kopi panas, dan senyum yang tak pernah absen—bahkan saat dingin menusuk tulang.
Sejak 1980-an, Mbok Yem memilih hidup di atas gunung.
Ia bolak-balik membawa logistik dari bawah menggunakan jasa porter, dan tak jarang ia sendiri yang memanggul barang di punggung.
Pemilik warung legendaris di puncak Gunung Lawu. Meninggal dunia pada Raabu (23/4/2025).
Dalam dunia yang makin digital, Mbok Yem tetap menjadi simbol keaslian, kesederhanaan, dan kegigihan.
Ia dikenal banyak pendaki sebagai ibu, sahabat, bahkan penjaga spiritual Lawu. Cerita mistis hingga kisah haru kerap menghiasi perjalanan yang melibatkan Mbok Yem.
Pada 2023, ketika Gunung Lawu dilanda kebakaran hebat, Mbok Yem menolak turun.
Ia bertahan di warungnya sambil terus menyajikan makanan bagi pendaki yang terjebak. Keberaniannya bukan tanpa risiko, tapi cintanya pada Lawu dan para pendaki lebih besar dari rasa takut.
“Masih buka, ada Muis sama Jarwo yang ada di warung,” ujarnya di RSU Aisyiyah, Jumat (7/3/2025).
Saelan mengatakan bahwa kedua orang asal Kediri dan Kecamatan Maospati itu sudah cukup lama membantu Mbok Yem berjualan.
Ia tetap membuatkan telur goreng bagi pendaki yang sampai di puncak malam hari.
Bahkan, pukul 02.00 malam pun Mbok Yem tetap menyiapkan makanan jika ada yang singgah di warungnya.
“Kemarin itu sakit gigi, enggak bisa tidur. Kadang sampai jam 12 malam enggak tidur. Jam 2 malam itu masih goreng telur karena ada pendaki yang lapar,” ucap Mbok Yem.
“Kalau capek baru tertidur,” lanjutnya.
(Donal)