banner 728x250
Daerah  

Meskipun Wabah PMK Menyerang, Peternak Sapi di Surabaya Tetap Percaya Diri Datangkan Sapi Dari Luar Kota

banner 120x600
banner 468x60

Surabaya ( Jatim ) MitraTNI – POLRI.com

Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang melanda Jawa Timur tak menyurutkan semangat peternak di Surabaya untuk mendatangkan sapi dari luar kota.

banner 325x300

Suyatno, seorang peternak sapi di kawasan Sidorejo Pakal, Surabaya, tetap berencana mendatangkan 20 ekor sapi lagi untuk persiapan Idul Adha 2025. Namun, dia memilih strategi baru untuk meminimalisir risiko terjangkit PMK.

“Saya akan turun ke kampung-kampung, bukan ke pasar,” ujar Suyatno, Rabu (8/1).

Menurutnya, mencari ternak sapi di kampung-kampung daerah peternak lebih aman daripada di pasar sapi.

“Insyaallah lebih aman. Pasar kan tempat transaksi, bisa jadi ada yang sudah kena penyakit menularkan ke sapi lainnya dan menyebar,” terangnya.

Suyatno mengaku, wabah PMK memang membuat peternak ciut nyalinya. Daya keinginan untuk beternak jadi surut. Meski demikian dia harus bersahabat dengan wabah tersebut.

“Mau tidak mau, penyakit ini akan datang. Kita punya treatment sendiri untuk mengantisipasi,” ungkap pria yang sudah berpengalaman beternak sapi selama 28 tahun ini.

Lebih lanjut dia menjelaskan, kerugian akibat PMK tetap menjadi momok menakutkan.

Jika satu kandang kena PMK, semua sapi di kandang itu kena. Jika tidak segera mendapatkan treatment. Harga sapi pun menjadi anjlok, kerugian pun dialami oleh peternak.

“Kalau tidak tertolong, terpaksa dipotong. Kerugiannya bisa mencapai 70-90 persen. Andaikan harganya jika sehat Rp 40 juta bisa turun mencapai Rp 10 juta bahkan dibawahnya,” ungkapnya.

Suyatno berharap pemerintah Kota Surabaya dapat membantu peternak dengan meningkatkan pengawasan dan edukasi.

Melalui pemeriksaan rutin, sharing hingga selektif terhadap hewan ternak yang akan masuk ke kota Surabaya.

“Harapan kami, sapi dari luar kota harus punya surat sehat. Dinas juga harus sering turun ke peternak untuk melakukan pemeriksaan, meskipun sapi kita sehat,” harap Suyatno.

Sementara itu, Abdul Kholik, peternak asal Rungkut, Surabaya, justru memilih untuk menjual semua sapinya sejak awal Desember lalu. “Harga sapi turun menjelang akhir tahun,” kata Kholik.

Padahal, biasanya menjelang hari raya, harganya naik. Kholik menilai wabah PMK, impor, dan faktor lain ikut mempengaruhi harga sapi. Dia juga punya pandangan berbeda soal PMK di Jawa Timur.

Menurutnya, banyak sapi yang mati karena kekhawatiran berlebihan dari peternaknya.

“Sapi sedikit sakit, langsung dikasih obat berlebih, padahal belum tentu PMK,” tuturnya.

Kholik berencana membeli sapi kembali tiga bulan sebelum Idul Adha 2025. Selain untuk meminimalisir pengeluaran, juga untuk menghindari risiko PMK. (Jambrong)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *