[ SINAK, 9 Juli 2025 ] MITRA TNI – POLRI.COM
Di tengah langit yang teduh dan angin yang membawa bisik damai pegunungan Papua Tengah, halaman Koramil 1717-02/Sinak menjadi saksi sejarah nan sakral.
Empat pemuda yang dahulu memilih jalan gelap perlawanan, kini berdiri tegak, menggenggam lembaran ikrar, dan dengan penuh haru memeluk kembali merah putih, simbol tanah air yang pernah mereka tinggalkan.
Yopi Tabuni, Erenus Tabuni, Kilistu Murib, dan Enden Tabuni—empat nama yang dulu dikenal sebagai anggota OPM pimpinan Tenius, hari ini mencatatkan sejarah baru. Disaksikan langit, tanah, dan rakyatnya, mereka resmi mengucapkan ikrar kesetiaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Acara yang digelar pukul 13.50 WIT ini, dipimpin oleh Kapten Inf Finsa Wahyu Hariyono, S.S.T.Han., S.I.P., M.M., Wakil Dansatgas Yonif 700/WYC, yang tak hanya membawa amanah militer, tetapi juga semangat persatuan dan kasih kebangsaan. “Kita tidak datang membawa peluru, kita datang membawa pelukan bagi mereka yang ingin kembali,” ujarnya dalam sambutan penuh kehangatan.
Sebelum ikrar dibacakan, doa pembuka yang dilantunkan oleh Pendeta Yas Murib seakan memanggil langit agar memberkati niat tulus empat anak bangsa ini. Mereka muda, mereka tersesat, namun mereka kembali—itulah kekuatan sejati seorang pejuang: bukan yang tak pernah jatuh, tetapi yang tahu cara kembali pulang.
Kisah kelam perselisihan di tubuh OPM yang mengorbankan nyawa dan membakar honai menjadi pelajaran pahit. Tapi di Sinak hari ini, kita tak merayakan dendam. Kita merayakan kedewasaan hati untuk memaafkan, dan keberanian jiwa untuk memulai lembar baru.
Pukul 14.05 WIT, keempat mantan anggota OPM itu melafalkan ikrar kesetiaan, dengan suara yang bergetar namun pasti. Lalu, dengan tangan yang pernah memanggul senjata, kini mereka menandatangani surat janji pada negara—sebuah surat damai, yang tinta dan maknanya mengalir ke seluruh nadi bangsa.
Di hadapan para tokoh masyarakat, TNI-Polri, dan perwakilan pemerintah daerah yang hadir sekitar 35 orang, ikrar itu bukan sekadar formalitas. Ia adalah pengakuan, pengampunan, dan harapan.
Puncak acara yang paling menggetarkan jiwa adalah ketika mereka satu per satu mencium Sang Saka Merah Putih. Bendera itu tak bertanya dari mana mereka datang, tapi memeluk mereka dengan lapang, sebab rumah tidak pernah menolak anaknya yang kembali.
Pendeta Panus Magai, dalam sambutan mewakili keluarga dan tokoh agama GKII, menyampaikan pesan menyentuh. “Hari ini bukan hanya momen untuk keempat saudara kami, tapi cahaya bagi masyarakat Distrik Sinak. Terima kasih kepada TNI-Polri, karena kalian bukan hanya menjaga wilayah ini, tapi juga menjaga hati anak-anak Papua.”
Ia berharap langkah ini menjadi contoh bahwa pelukan NKRI lebih kuat dari godaan senjata. Bahwa keamanan sejati lahir bukan dari dominasi, melainkan dari kasih dan keadilan.
Satgas Yonif 700/WYC bukan hanya membawa perintah, tapi membawa harapan. Hadir sebagai penjaga sekaligus pengayom, mereka menjelma sahabat bagi tanah Papua. Sinergitas TNI-Polri, pemerintah, dan tokoh masyarakat telah menjadi jembatan emas bagi mereka yang ingin menyeberang dari kelam menuju terang.
Hari ini, tanah Sinak tidak hanya mencatat satu acara, tetapi menulis puisi kebangsaan dalam bentuk nyata. Sebuah pelajaran bahwa senjata tak pernah lebih abadi dari pelukan, dan dendam tak pernah lebih kuat dari maaf.
Empat pemuda telah kembali, dan bersama mereka, kembali pula harapan bagi masa depan Papua yang damai, sejahtera, dan penuh cinta.
“Merah putih telah mencium luka mereka, kini saatnya kita semua merawat damainya.”
– Dari Tanah Papua, untuk Ibu Pertiwi.
Red##
Autentikasi: Pen Satgas Pamtas RI-PNG Mobile Yonif 700 Wira Yudha Cakti