Surabaya ||Jatim MitraTNi-POLRI.com
Warisan sejatinya adalah amanah terakhir dari orangtua kepada anak-anaknya.
Namun, tidak jarang harta peninggalan justru menjadi pemicu perpecahan, bahkan permusuhan di antara saudara sendiri.
Fenomena keserakahan warisan sering terjadi. Ada yang ingin menguasai lebih, ada yang tega menyingkirkan hak saudara lain, bahkan ada pula yang berani melupakan nilai keadilan demi kepentingan pribadi.
Padahal, sejatinya harta warisan bukan hanya soal materi, melainkan juga soal moral dan tanggung jawab menjaga nama baik keluarga.
“Harta bisa habis, tapi dosa merampas hak saudara akan melekat hingga akhir hayat,” begitu ungkapan yang patut direnungkan.
Apa artinya rumah besar atau tanah luas jika didapat dengan cara menindas saudara sendiri?
Apakah pantas membangun kebahagiaan di atas penderitaan keluarga?
Keserakahan tidak pernah membawa berkah. Justru, yang sering terjadi adalah hidup terasa sempit, rezeki terasa jauh, dan hubungan keluarga yang seharusnya penuh kasih berubah menjadi permusuhan berkepanjangan.
Warisan seharusnya menjadi perekat, bukan pemisah.
Jika dibagi dengan adil dan penuh keikhlasan, warisan akan menjadi doa kebaikan untuk orangtua yang telah tiada.
Namun, bila diselubungi nafsu dan serakah, warisan akan berubah menjadi kutukan yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.
Masyarakat pun berharap, setiap keluarga yang menghadapi persoalan warisan mampu membuka hati.
Ingatlah bahwa kasih sayang antar saudara lebih mahal dari segala harta dunia. Karena ketika ajal tiba, yang kita bawa bukan warisan, melainkan amal dan doa.
Trio##